Cinta itu merah, merah itu menetes.
Apa yg terbersit di benak anda saat mendengar kalimat
tersebut? Mengapa cinta itu merah? Menetes?
‘GETIH’ judul lakonnya. Mengapa getih? Ya. GETIH yang
berarti darah dalam bahasa jawa adalah merah yang menetes, sama seperti
slogannya; ‘Cinta itu Merah, Merah itu Menetes’.
Lakon GETIH kami suguhkan dengan genre drama musikal,
berkolaborasi dengan Legals Cheerleaders SMAN 5 Depok, berlatar belakang kisah
cinta segitiga antara dua orang bangsawan; yang satu dari kerjaan Belanda,
satunya lagi dari kerajaan Jawa dan seorang rakyat jelata. Kisah mereka berakhir
dengan meletusnya peperangan dan kematian.
Berikut kami uraikan sinopsis lakon Getih:
Dulu sekali pada saat pemerintah Belanda menguasai Indonesia di tanah Jawa. Arkan, seorang anak petani yang hidup di sebuah desa dibawah kekuasaan Kerajaan Schoonburn, hidup sengsara bersama kedua orang tuanya. Suatu hari Ayahnya, petani padi yang selalu mengeluhkan hasil panennya dirampas oleh pemerintah Schoonburn dengan alasan pajak, dan Ibunya, yang selalu mendukung lelaki itu memerintahkan Arkan untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Batavia, kelak menjadi bekal sukses untuk dirinya dan keluarganya.
Arkan begitu terkejut ketika mendengar perintah orangtuanya yang ternyata sudah mendaftarkan dirinya di Universitas tersebut. Bahagia bercampur cemas merasuki dirinya. Bahagia karena Ia bisa melanjutkan cita-citanya dan cemas karena…. Karena Ia berarti harus meninggalkan kekasih hatinya yang sejak kecil selalu menemaninya. Corie namanya, gadis cantik berdarah Indo-Belanda yang menyembunyikan identitas dirinya sebagai Putri Mahkota Kerajaan Schoonburn karena takut Arkan tak ingin berada disisinya lagi hanya karena perbedaan kasta.
Setelah mengucap janji setia dan menerima sebuah liontin
tanda cinta dari kekasihnya, Arkan bergegas ke Batavia untuk melanjutkan
sekolahnya. Arkan sulit mendapatkan teman di Universitas Batavia karena
identitasnya sebagai rakyat jelata enggan diterima oleh mereka, para anak
bangsawan yang bersekolah disana. Tapi tidak dengan Eris, pemuda tampan nan
bijaksana yang mau menjadi teman Arkan dengan menyembunyikan identitasnya
sebagai Putra Mahkota Kerajaan Erlangga, Kerajaan Jawa.
Arkan dan Eris menjalin persahabatan disana, mereka
menghabisakan waktu bersama, pahit-manis sudah mereka lewati hingga tak terasa
tiga tahun sudah mereka bersama-sama. Saat selesai upacara kelulusan mereka,
mereka berencana untuk merayakannya dengan memakan nasi tumpeng khas Indonesia.
Mereka tak sabar juga untuk sesegera
mungkin pulang ke rumah guna melepas rindu kepada keluarga yang mereka
tinggalkan selama tiga tahun di perantauan. Dan tentu saja Arkan juga sangat
merindukan Corie, kekasih hatinya. Ia ingin sesegera mungkin bertemu dan
berniat untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan.
Karena tertangkap basah menyebutkan bahwa ada seseorang yang
sangat ingin ditemuinya, Arkan pun menceritakan tentang Corie kepada Eris, juga
liontin tanda cinta mereka. Beberapa saat kemudian seorang pengawal pribadi
dari Kerajaan Erlangga datiang untuk memberitahukan kabar bahwa keadaan
perkonomian kerajaan erlangga sedang berada di ambang kehancuran. Dengan keadaan
seperti itu, yang mereka lakukan adalah menjalin hubungan baik dengan kerajaan
lain guna memperbaiki perekonomian mereka melalui sebuah perjodohan. Lalu kemudian
Eris mengucapkan salam perpisahan singkat kepada Arkan dan bergegas pergi
pulang untuk membicarakan hal ini kepada kedua orantuanya; Raja dan Ratu
Erlangga. Dan Arkanpun yang tidak punya kepentingan apa-apa lagi di Batavia
juga bergegas pulang ke kampung halamannya.
Terkejut bukan kepalang, Arkan melihat sosok Eris di keramaian pawai yang membawa Kerajaan Erlangga menuju Kerajaan Schoonburn yang kabarnya akan diselenggarakan sebuah pernikahan dari anak-anak kedua kerjaan tersebut. ‘Ternyata Eris seorang bangsawan’ benak Arkan.
Corie berada didalam kebingungan yang amat sangat, Ia tak bisa
mengingkari janji cintanya kepada Arkan dengan menikahi pemuda lain pilihan
orangtuanya. Namun Ia juga tak mungkin melawan kehendak orangtuanya yang telah
membesarkannya dengan kasih sayang, ‘jodoh yang baik adalah pilihan orangtua’ setelah
ucapan tersebut keluar dari mulut tantenya, Corie pun menyerah dan menganggap
perjodohan ini sebagai bakti kepada kedua orangtuanya.
Eris pun mengalami hal yang serupa , Ia sangat kebingungan.
Ia masih sangat muda dan masih ingin melanjutkan sekolahnya, namun disisi lain
Ia harus berbakti kepada kedua orangtuanya dan lagi kerajaannya sedang berada di
ambang kehancuran. Pernikahan bukan sesuatu yang buruk pikirnya, maka iya menuruti
perjodohan ini.
Cantik luar biasa paras wanita bernama Corie ini, Ia
sesegera mungkin menjadi Isteri dari Eris. Cincin pertunanganpun disematkan di
jari manis Corie, minggu depan mereka menikah dengan semua biaya ditanggung
oleh kerajaan Schoonburn. Raja Schoonburn dengan segala kelicikannya menaikkan
pajak sebesar mungkin kepada seluruh rakyatnya untuk membiayai pernikahan
putrinya. Saat pengumuman tersebut disebarluaskan, tentu saja rakyat menyatakan
ketidaksetujuannya. Bahkan salah seorang dari mereka berani menentang baginda
raja dan berakhir dengan tembakan mati di kepalanya. Sungguh kejam Raja
Schoonburn, menikmati hidup dengan meraup keuntungan rakyat sebanyak-banyaknya atas
nama pajak.
Arkan tentu saja tidak tinggal diam mengetahui bahwa kekasih
hatinya yang ternyata seorang anak Raja yang kejam dan dibencinya akan menikah
dengan sahabatnya Eris. Arkan menganggap Eris mengkhianati persahabatan mereka.
Esok, saat hari pernikahan mereka berdua, Arkan akan mengacaukannya bersama
semua rakyat yang telah disengsarakan oleh raja bengis itu.
Benar saja, Arkan mengacaukan pernikahan kedua anak raja itu
dengan pernyataan ketidak setujuannya atas pernikahan tersebut. Eris dan Corie
sangat terkejut menyaksikan siapa yang mengacaukan pernikahan mereka. Corie
sangat merasa bersalah dan tak tahu harus melakukan apa, begitu juga Eris yang
tidak mengetahui bahwa Corie , calon isterinya ternyata adalah kekasih hati
sahabat baiknya. Namun karena desakan orangtua dan keadaan kerjaannya, Eris
tidak melepaskan Corie dan tetap mempertahankan Corie. Hal ini menyebabkan
kemurkaan dari Arkan, perang berkecamuk.
Keadaan semakin kacau seiring berlangsungnya perang, Raja
dan Ratu Schoonburn membawa Corie untuk bersembunyi. Takut-takut mereka dibunuh
oleh rakyat yang membenci mereka. Raja dan Ratu Erlangga juga Eris menghilang
entah kemana. Arkan dan pasukannya mencari-cari keberadaan Raja dan Ratu
Schoonburn hendak membunuh mereka.
Beberapa saat kemudian mereka ketahuan dan Raja dan Ratu
Schoonburn dibunuh oleh Arkan didepan mata Corie, Ia sudah gila. Arkan pasti
sudah gila membunuh kedua orangtua kekasihnya didepan matanya sendiri, sama halnya
dengan Corie yang sudah tak lagi berpikir jernih terhadap takdir dan nasib yang
dialaminya.
Arkan baru sebentar mendapatkan kembali kekasihnya
dipelukannya, namun Eris datang untuk merebut kembali Corie. ‘satu-satunya yang
kumiliki sekarang hanya Corie’ tutur Eris murka. Bilamana tidak? Kerajaannya hancur,
orangtuanya hilang entah kemana, pernikahannya gagal, dan calon isterinya
direbut oleh sahabatnya sendiri.
Sekali lagi Corie berada di kebingungan yang amat sangat, Ia
memang mencintai Arkan namun Ia juga tak bisa meninggalkan Eris karena ini
keinginan orangtuanya. Corie merasa sudah benar-benar gila mengadapi cobaan
hidup seperti ini. Pertentangan dan Pertengkaran diantara Arkan dan Eris pun
tak kunjung usai, mereka sama-sama menggenggam keris, saat mereka berdua hendak
membunuh satu sama lain, dengan sigap Corie menengahi mereka berdua dan pada
akhirnya kedua keris tersebut menancap di tubuh Corie. Corie terbunuh. Darah
mengalir dari tubuhnya yang tertusuk keris, penyesalan tak dapat dihindari pada
akhirnya. Cinta Arkan dan Eris kepada Corie begitu merah, begitu membara hingga
tetesan darahlah yang tercipta. Mereka sudah berakhir.
Cinta itu Merah, Merah itu
Menetes.
Alhamdulillah pementasan lakon ‘GETIH’ yang disutradarai oleh ketua teater kami,
Rahman Ghifari Syahyuda berjalan sukses dan mendapat apresiasi yang cukup
memuaskan bagi kami. ‘GETIH’ merupakan peroduksi pertama kami sejak Rahman
memimpin kami. Semoga Teater Embun kedepannya dapat menyajikan pementasan-pementasan
lain yang lebih baik. Aamin.
Ditulis oleh: Anggi Deatika Angelia
No comments:
Post a Comment