Saturday, December 14, 2013

GETIH



Cinta itu merah, merah itu menetes.

Apa yg terbersit di benak anda saat mendengar kalimat tersebut? Mengapa cinta itu merah? Menetes?
‘GETIH’ judul lakonnya. Mengapa getih? Ya. GETIH yang berarti darah dalam bahasa jawa adalah merah yang menetes, sama seperti slogannya; ‘Cinta itu Merah, Merah itu Menetes’.
Lakon GETIH kami suguhkan dengan genre drama musikal, berkolaborasi dengan Legals Cheerleaders SMAN 5 Depok, berlatar belakang kisah cinta segitiga antara dua orang bangsawan; yang satu dari kerjaan Belanda, satunya lagi dari kerajaan Jawa dan seorang rakyat jelata. Kisah mereka berakhir dengan meletusnya peperangan dan kematian.
Berikut kami uraikan sinopsis lakon Getih:

Dulu sekali pada saat pemerintah Belanda menguasai Indonesia di tanah Jawa. Arkan, seorang anak petani yang hidup di sebuah desa dibawah kekuasaan Kerajaan Schoonburn, hidup sengsara bersama kedua orang tuanya. Suatu hari Ayahnya, petani padi yang selalu mengeluhkan hasil panennya dirampas oleh pemerintah Schoonburn dengan alasan pajak, dan Ibunya, yang selalu mendukung lelaki itu memerintahkan Arkan untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Batavia, kelak menjadi bekal sukses untuk dirinya dan keluarganya.


Arkan begitu terkejut ketika mendengar perintah orangtuanya yang ternyata sudah mendaftarkan dirinya di Universitas tersebut. Bahagia bercampur cemas merasuki dirinya. Bahagia karena Ia bisa melanjutkan cita-citanya dan cemas karena…. Karena Ia berarti harus meninggalkan kekasih hatinya yang sejak kecil selalu menemaninya. Corie namanya, gadis cantik berdarah Indo-Belanda yang menyembunyikan identitas dirinya sebagai Putri Mahkota Kerajaan Schoonburn karena takut Arkan tak ingin berada disisinya lagi hanya karena perbedaan kasta.
Setelah mengucap janji setia dan menerima sebuah liontin tanda cinta dari kekasihnya, Arkan bergegas ke Batavia untuk melanjutkan sekolahnya. Arkan sulit mendapatkan teman di Universitas Batavia karena identitasnya sebagai rakyat jelata enggan diterima oleh mereka, para anak bangsawan yang bersekolah disana. Tapi tidak dengan Eris, pemuda tampan nan bijaksana yang mau menjadi teman Arkan dengan menyembunyikan identitasnya sebagai Putra Mahkota Kerajaan Erlangga, Kerajaan Jawa.
Arkan dan Eris menjalin persahabatan disana, mereka menghabisakan waktu bersama, pahit-manis sudah mereka lewati hingga tak terasa tiga tahun sudah mereka bersama-sama. Saat selesai upacara kelulusan mereka, mereka berencana untuk merayakannya dengan memakan nasi tumpeng khas Indonesia. Mereka tak sabar juga untuk  sesegera mungkin pulang ke rumah guna melepas rindu kepada keluarga yang mereka tinggalkan selama tiga tahun di perantauan. Dan tentu saja Arkan juga sangat merindukan Corie, kekasih hatinya. Ia ingin sesegera mungkin bertemu dan berniat untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan.
Karena tertangkap basah menyebutkan bahwa ada seseorang yang sangat ingin ditemuinya, Arkan pun menceritakan tentang Corie kepada Eris, juga liontin tanda cinta mereka. Beberapa saat kemudian seorang pengawal pribadi dari Kerajaan Erlangga datiang untuk memberitahukan kabar bahwa keadaan perkonomian kerajaan erlangga sedang berada di ambang kehancuran. Dengan keadaan seperti itu, yang mereka lakukan adalah menjalin hubungan baik dengan kerajaan lain guna memperbaiki perekonomian mereka melalui sebuah perjodohan. Lalu kemudian Eris mengucapkan salam perpisahan singkat kepada Arkan dan bergegas pergi pulang untuk membicarakan hal ini kepada kedua orantuanya; Raja dan Ratu Erlangga. Dan Arkanpun yang tidak punya kepentingan apa-apa lagi di Batavia juga bergegas pulang ke kampung halamannya.












Terkejut bukan kepalang, Arkan melihat sosok Eris di keramaian pawai yang membawa Kerajaan Erlangga menuju Kerajaan Schoonburn yang kabarnya akan diselenggarakan sebuah pernikahan dari anak-anak kedua kerjaan tersebut. ‘Ternyata Eris seorang bangsawan’ benak Arkan.
Corie berada didalam kebingungan yang amat sangat, Ia tak bisa mengingkari janji cintanya kepada Arkan dengan menikahi pemuda lain pilihan orangtuanya. Namun Ia juga tak mungkin melawan kehendak orangtuanya yang telah membesarkannya dengan kasih sayang, ‘jodoh yang baik adalah pilihan orangtua’ setelah ucapan tersebut keluar dari mulut tantenya, Corie pun menyerah dan menganggap perjodohan ini sebagai bakti kepada kedua orangtuanya.
Eris pun mengalami hal yang serupa , Ia sangat kebingungan. Ia masih sangat muda dan masih ingin melanjutkan sekolahnya, namun disisi lain Ia harus berbakti kepada kedua orangtuanya dan lagi kerajaannya sedang berada di ambang kehancuran. Pernikahan bukan sesuatu yang buruk pikirnya, maka iya menuruti perjodohan ini.
Cantik luar biasa paras wanita bernama Corie ini, Ia sesegera mungkin menjadi Isteri dari Eris. Cincin pertunanganpun disematkan di jari manis Corie, minggu depan mereka menikah dengan semua biaya ditanggung oleh kerajaan Schoonburn. Raja Schoonburn dengan segala kelicikannya menaikkan pajak sebesar mungkin kepada seluruh rakyatnya untuk membiayai pernikahan putrinya. Saat pengumuman tersebut disebarluaskan, tentu saja rakyat menyatakan ketidaksetujuannya. Bahkan salah seorang dari mereka berani menentang baginda raja dan berakhir dengan tembakan mati di kepalanya. Sungguh kejam Raja Schoonburn, menikmati hidup dengan meraup keuntungan rakyat sebanyak-banyaknya atas nama pajak.
Arkan tentu saja tidak tinggal diam mengetahui bahwa kekasih hatinya yang ternyata seorang anak Raja yang kejam dan dibencinya akan menikah dengan sahabatnya Eris. Arkan menganggap Eris mengkhianati persahabatan mereka. Esok, saat hari pernikahan mereka berdua, Arkan akan mengacaukannya bersama semua rakyat yang telah disengsarakan oleh raja bengis itu.
Benar saja, Arkan mengacaukan pernikahan kedua anak raja itu dengan pernyataan ketidak setujuannya atas pernikahan tersebut. Eris dan Corie sangat terkejut menyaksikan siapa yang mengacaukan pernikahan mereka. Corie sangat merasa bersalah dan tak tahu harus melakukan apa, begitu juga Eris yang tidak mengetahui bahwa Corie , calon isterinya ternyata adalah kekasih hati sahabat baiknya. Namun karena desakan orangtua dan keadaan kerjaannya, Eris tidak melepaskan Corie dan tetap mempertahankan Corie. Hal ini menyebabkan kemurkaan dari Arkan, perang berkecamuk.
Keadaan semakin kacau seiring berlangsungnya perang, Raja dan Ratu Schoonburn membawa Corie untuk bersembunyi. Takut-takut mereka dibunuh oleh rakyat yang membenci mereka. Raja dan Ratu Erlangga juga Eris menghilang entah kemana. Arkan dan pasukannya mencari-cari keberadaan Raja dan Ratu Schoonburn hendak membunuh mereka.
Beberapa saat kemudian mereka ketahuan dan Raja dan Ratu Schoonburn dibunuh oleh Arkan didepan mata Corie, Ia sudah gila. Arkan pasti sudah gila membunuh kedua orangtua kekasihnya didepan matanya sendiri, sama halnya dengan Corie yang sudah tak lagi berpikir jernih terhadap takdir dan nasib yang dialaminya.
Arkan baru sebentar mendapatkan kembali kekasihnya dipelukannya, namun Eris datang untuk merebut kembali Corie. ‘satu-satunya yang kumiliki sekarang hanya Corie’ tutur Eris murka. Bilamana tidak? Kerajaannya hancur, orangtuanya hilang entah kemana, pernikahannya gagal, dan calon isterinya direbut oleh sahabatnya sendiri.
Sekali lagi Corie berada di kebingungan yang amat sangat, Ia memang mencintai Arkan namun Ia juga tak bisa meninggalkan Eris karena ini keinginan orangtuanya. Corie merasa sudah benar-benar gila mengadapi cobaan hidup seperti ini. Pertentangan dan Pertengkaran diantara Arkan dan Eris pun tak kunjung usai, mereka sama-sama menggenggam keris, saat mereka berdua hendak membunuh satu sama lain, dengan sigap Corie menengahi mereka berdua dan pada akhirnya kedua keris tersebut menancap di tubuh Corie. Corie terbunuh. Darah mengalir dari tubuhnya yang tertusuk keris, penyesalan tak dapat dihindari pada akhirnya. Cinta Arkan dan Eris kepada Corie begitu merah, begitu membara hingga tetesan darahlah yang tercipta. Mereka sudah berakhir.
Cinta itu Merah, Merah itu Menetes.
Alhamdulillah pementasan lakon ‘GETIH’  yang disutradarai oleh ketua teater kami, Rahman Ghifari Syahyuda berjalan sukses dan mendapat apresiasi yang cukup memuaskan bagi kami. ‘GETIH’ merupakan peroduksi pertama kami sejak Rahman memimpin kami. Semoga Teater Embun kedepannya dapat menyajikan pementasan-pementasan lain yang lebih baik. Aamin.

Ditulis oleh: Anggi Deatika Angelia


No comments:

Post a Comment